Kamis, 24 Desember 2015

Ilmu Kunci Hidup Bahagia

Tidak ada komentar:
Sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan takdir dan hikmah-Nya telah menciptakan dunia dan seisinya ini sebagai tempat persinggahan sementara bagi manusia. Agar mereka mampir sebentar, untuk mengambil perbekalan ilmu dan amal menuju kebahagiaan akhirat yang kekal abadi. Oleh karena itu tidaklah Allah menyediakan bumi beserta fasilitas yang lengkap ini, melainkan sebagai sarana penunjang ibadah.

Begitu pula Allah menciptakan manusia sebagai khalifah dengan tujuan untuk memakmurkan bumi ini dengan peribadatan hanya kepadaNya semata. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman kepada malaikat yang artinya :

“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui”.”Dan dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, Kemudian mengemukakannya kepada para malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu mamang benar orang-orang yang benar!”.”Mereka menjawab: "Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang Telah Engkau ajarkan kepada Kami; Sesungguhnya Engkaulah yang Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana”. (Al Baqarah : 30-32)
Peristiwa diciptakannya manusia merupakan peristiwa besar dan memuat hikmah yang sangat agung. Di dalam ayat tersebut terkandung padanya beberapa faedah ilmu:

Pertama, Bahwasanya Allah Ta’ala menolak pernyataan para malaikat : “Bagaimana Dia (Allah) menjadikan manusia di muka bumi, padahal kami lebih taat dibandingkan mereka? Maka Allah menjawab : “Sesungguhnya Aku lebih mengetahui apa-apa yang kalian tidak ketahui.” Allah menjawab pertanyaan mereka bahwasanya Dia lebih mengetahui inti permasalahan dan hakekat (diciptakannya manusia). Dan Dia maha Mengetahui lagi maha Bijaksana. Sesungguhnya jelas bagi Allah bahwa khalifah yang diciptakanNya adalah dari kalangan makhluk yang baik, para rasul, para nabi, hamba-hamba-Nya yang sholeh, orang-orang yang mati syahid, orang-orang yang jujur, ulama serta generasi orang yang memiliki ilmu dan iman yang lebih baik dari para malaikat. Begitu pula jelas bagi Allah bahwa iblis adalah makhluk yang paling jelek di alam ini. Sehingga Allah mengusirnya dari syurga. Sedangkan para malaikat tidak memiliki pengetahuan tentang perkara tersebut (yaitu tentang penciptaan dan menetapnya nabi Adam di muka bumi dengan keputusan Allah Subhanahu wa Ta’ala).

Kedua, sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala ingin menampakkan keutamaan Adam akan ilmu dan membedakan dengan mereka (para malaikat) dengan ilmu, maka Allah mengajarkannya seluruh nama-nama. Allah bertanya kepada para malaikat : “Kabarkan kepadaku nama-nama mereka jika kalian memang benar”. (Al Baqarah : 31).

Disebutkan dalam tafsir Ibnu Katsir, bahwa mereka (para malaikat) mengatakan : “Tidaklah Allah menciptakan seorang makhluk pun yang lebih mulia daripada kami. Mereka menyangka bahwasanya mereka lebih baik dan utama dibandingkan kholifah yang Allah jadikan di muka bumi. Tatkala Allah menguji mereka dengan ilmu yang diajarkan terhadap kholifah ini, maka mereka mengakui kelemahan terhadap apa-apa yang mereka tidak ketahui, mereka mengatakan : “Maha Suci Engkau, tidak ada pengetahuan bagi kami kecuali apa yang Engkau ajarkan kepada kami. Sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana”. (Al Baqarah : 32). Maka ketika itu nampaklah dihadapan mereka keutamaan nabi Adam dengan kekhususan berupa ilmu.

Ketiga, bahwasanya Allah Subhanahu wa Ta’ala tatkala memberitahukan kepada para malaikat tentang keutamaan nabi Adam berupa ilmu, dan lemahnya mereka untuk mengetahui apa yang diajarkan-Nya, maka Allah berfirman kepada mereka :
“Bukankah Aku telah mengatakan kepada kalian sesungguhnya Aku Maha Mengetahui rahasia langit dan bumi dan Aku mengetahui yang kalian tampakkan dan yang kalian sembunyikan”. (Al Baqarah : 33). Kemudian Allah mengajarkan mereka tentang ilmu.

Ilmu Allah meliputi segala yang nampak maupun yang tersembunyi, serta rahasia di langit dan di bumi. Allah mengenalkan kepada mereka tentang sifat ilmu dan keutamaan nabi-Nya.

Keempat, Bahwasanya Allah menganugerahkan pada diri Adam berupa sifat-sifat sempurna yang lebih utama dari makhluk selainnya. Allah hendak menampakkan kepada para malaikat tentang keutamaan dan kemuliaan Adam. Sehingga jelaslah bagi malaikat tentang kelebihan nabi Adam dari segi ilmu. Hal ini menunjukkan bahwa ilmu sangat mulia di sisi manusia. (Al Ilmu Syarfuhu wa fadluhu 30-32)

Sesungguhnya ilmu itu akan mengangkat derajat pemiliknya di dunia dan akherat. Bukan karena kekuasaan, harta, dan bukan pula selainnya. Dan ilmu juga itu menambah kemuliaan bahkan bisa mengangkat derajat seorang hamba sahaya menjadi mulia.

Sebagaimana diriwayatkan di dalam Shohih Muslim (817) dari hadits Zuhri, dari Abi Tufail bahwasanya Nafi’ ibnu Abdil Harits mendatangi Umar ibnul Khoththob di ‘Usfan –yang mana Umar mengangkatnya (sebagai bupati) untuk penduduk Mekkah-Maka berkata umar : “Siapa yang engkau angkat menjadi bupati di negeri ini? dia (Nafi’) menjawab : “Aku telah mengangkat Ibnu Abza untuk mereka.” Lantas Umar berkata : “Siapa Ibnu Abza? Kemudian dijawab : “Dia adalah seorang budak.” Umar
berkata : “(Kenapa) engkau mengangkat seorang budak? Dijawab : “Karena dia seorang yang ahli membaca Al Qur’an dan ‘alim dalam ilmu waris. Maka Umar berkata: Ketahuilah sesungguhnya Nabi kalian Shallallahu’alaihi wasallam telah bersabda : “Sesungguhnya Allah akan mengangkat dengan Kitab ini (Al Qur’an) sekelompok kaum dan merendahkan yang selainnya.”

Berkata Al Hasan ibnu Ali kepada anaknya dan saudaranya :“Pelajarilah ilmu, karena bisa jadi (pada saat ini) kalian adalah kaum yang kecil, namun besok kalian akan menjadi pembesar kaum. Maka barang siapa yang tidak menghafal, hendaklah dia menulis.” (Al Madkhal ila As Sunan Al Kubro (632)).

Berkata Urwah bin Az Zubair kepada anaknya : “Mari, belajarlah ilmu kepadaku. Karena sesungguhnya bisa jadi (suatu saat) kalian menjadi pemimpin suatu kaum. Dulu aku adalah seorang yang kecil dan tidak seorangpun yang memandangku. Tatkala aku beranjak dewasa (dengan memiliki ilmu) maka orang-orang mulai bertanya kepadaku. Dan tidak ada sesuatu yang paling berat bagi seseorang ketika ditanya tentang perkara agamanya melainkan dia dalam keadaan bodoh (tidak berilmu).” (Bayanul Ilmi wa Fadlihi oleh Al Imam Ibnu Abdil Bar).

Diriwayatkan dari Lukman bahwa dia berkata kepada anaknya : “Wahai anakku, duduklah bersama para ulama, dan dekatilah mereka dengan kedua lututmu (bergaul dengan mereka). Sesungguhnya Allah akan menghidupkan hati dengan hikmah sebagaimana menghidupkan (menyuburkan) bumi yang kering dengan siraman hujan.” (Al Madkhal ila As Sunan Al Kubro (445))

Berkata Sufyan Ats Tsaury : “Barangsiapa yang menginginkan dunia dan akherat maka hendaklah dia menuntut ilmu.”

An Nadhor bin Syumail berkata : “Barangsiapa yang menginginkan kemuliaan di dunia dan Akherat hendaklah dia pelajari ilmu. Cukuplah bagi seseorang sebuah kebahagiaan, tatkala dipercaya tentang perkara agama Allah, dan menjadi (perantara dakwah) antara Allah dan Hamba-Nya.”

Sufyan bin Uyainah mengatakan : “Manusia yang paling tinggi kedudukannya disisi Allah adalah orang yang menjadi (perantara dakwah) antara Allah dan hamba-Nya. Mereka itu adalah para nabi dan ulama.

Masih banyak lagi perkataan para ulama yang menerangkan bahwa ilmu akan meninggikan derajat orang-orang yang menempuh jalan untuk menimbanya. Namun sebaliknya, bagi orang-orang yang meremehkan ilmu, maka Allah akan merendahkan kedudukannya di dunia dan akherat. Sesungguhnya orang yang merasakan tetesan ilmu, maka dia telah menggapai kebahagiaan yang hakiki. Karena ilmu merupakan anugerah yang sangat utama dan mulia.
Barangsiapa yang luput dari merasakan lezatnya ilmu maka tidak akan bermanfaat apa yang diperoleh dari selainnya. Bahkan hal tersebut bisa menggiring seseorang kepada kebinasaan dan kehinaan.

Seseorang yang menimba ilmu agama Allah bagaikan seorang nahkoda yang berlayar dengan bahtera menuju pulau abadi. Dalam menempuh perjalanannya, mau tidak mau harus berhadapan dengan berbagai rintangan yang menghadang, apakah berupa angin yang bergemuruh, ataukah ombak yang menggulung tinggi sehingga bisa menghempaskan bahtera dengan dahsyat. Namun seiring dengan itu, sang nahkoda adalah seorang yang bermental baja dan telah membekali dirinya dengan ilmu, Sehingga dia menghadapi berbagai rintangan itu dengan sabar dan hati yang tegar, tidak tergoyahkan sedikitpun walaupun ombak menerjang. Akan tetapi keinginannya tidak pernah pupus untuk melanjutkan perjalanan menuju pulau abadi tersebut.

Demikianlah bagi siapa saja yang ingin mendapatkan kebahagiaan di dunia dan akherat, maka hendaklah dia berlayar dengan bahtera ilmu.

Diriwayatkan dari Al Imam Ahmad dan Tirmidzi dari hadits Abu Kabsyah Al Annamaari, dia berkata :Telah bersabda Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam : “Sesungguhnya di dunia ini terdapat empat golongan : “(Pertama) seorang hamba yang Allah memberikan harta dan ilmu kepadanya. Sedangkan dia takut kepada Allah dalam harta tersebut, sehingga dia menyambung tali silaturahmi, dan dia mengetahui kewajibannya terhadap harta tersebut. Maka orang seperti ini memperoleh kedudukan
yang sangat mulia di sisi Allah. (Kedua), seorang yang diberi ilmu dan tidak memiliki harta, sedangkan dia mengatakan : “Seandainya aku memiliki harta maka aku akan beramal seperti amalannya fulan. walaupun dia hanya berniat saja, maka kedua-duanya memperoleh pahala yang sama. (Ketiga), Seorang yang diberi harta dan tidak diberi ilmu maka dia bakhil dalam hartanya dan dia tidak takut kepada Rabbnya, tidak menyambung tali silaturahmi serta tidak menjalankan kewajibannya terhadap harta tersebut. Maka orang ini kedudukannya lebih hina di sisi Allah. (Keempat), Seseorang yang tidak diberi harta dan tidak pula memperoleh ilmu, kemudian mengatakan : “Kalau aku punya harta maka aku akan beramal seperti amalan fulan (yang ketiga). Walaupun hanya dengan niat maka kedua-duanya memperoleh dosa yang sama.” (Hadits Shohih, dishohihkan oleh At Tirmidzi, Al Hakim dan selainnya).


Dalam Hadits diatas Nabi Shallallahu’alaihi wasallam menyebutkan orang-orang yang bahagia dalam dua kategori, dan menjadikan ilmu dan amal -dengan berbagai kewajibannya-sebagai sebab diperolehnya kebahagiaan. Sedangkan orang-orang yang celaka, beliau bagi dalam dua kategori, dan menjadikan kebodohan dan pengaruhnya sebagai sebab kebinasaan.

Dalam Shohih Muslim diriwayatkan dari Abi Hurairoh radliyallahu’anhu dari Nabi Shallallahu’alaihi wasallam bahwasanya beliau bersabda : “Jika seorang anak Adam wafat maka terputus amalannya kecuali tiga perkara ; shodaqoh jariyah (mengalir pahalanya), ilmu yang bermanfaat dan anak sholeh yang mendo’akan orang tuanya.”

Hadits diatas menunjukkan tentang keutamaan dan kemuliaan ilmu, serta besarnya pahala yang akan diraih dengan ilmu tersebut. Karena pahalanya tetap akan mengalir kepada orang yang wafat selama dia masih memperoleh manfaat dengannya. Maka seolah-olah dia masih tetap hidup dan belum terputus amalannya walaupun nyawa tidak lagi dikandung badan. Oleh karena itu seorang berilmu yang berdakwah dan menyebarkan kebaikan, jiwanya akan tetap hidup walaupun dia wafat. Amal kebajikan seorang yang berilmu ini akan selalu diingat oleh orang banyak dan jejaknya akan dijadikan panutan bagi orang-orang yang masih hidup.

Oleh karena kita memohon kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala agar menjadikan kita termasuk golongan orang-orang yang mendapatkan kebahagiaan dunia dan akherat serta menganugerahkan kepada kita ilmu yang bermanfaat dan memalingkan dari kebodohan diri-diri kita. Wallahul Muwaffiq ila sabilish Showab.

Ketika Musibah datang Bersabarlah

Tidak ada komentar:
Semua orang pasti pernah mengalami masalah atau musibah. bahkan kebanyakan orang sering menyalahkan Allah, dia menganggap Allah tidak adil. agar tidak terjadi hal itu, mari kita renungkan dan pelajari dari mana penyebab terjadinya musibah itu.

Musibah di golongkan kedalam tiga kategori, yaitu:
> Musibah sebagai Cobaan / Ujian
> Musibah sebagai Peringatan
> Musibah sebagai Balasan

Perlu kita ketahui, yang dapat mengkategorikan musibah yang sedang kita alami adalah diri kita sendiri.
Setiap kita mengalami masalah atau musibah perlu kita selidiki dari mana asal mulanya terjadi, dari diri kita sendirikah? atau dari orang laen? sebaiknya kita tidak langsung menyalahkan orang lain, karna itu tidak akan membuat diri kita bangkit. Cobalah kita introspeksi diri sendiri, dari mana musibah itu berasal, dan kita renungkan apakah musibah itu berupa cobaan? atau berupa peringatan? atau bahkan balasan dari perbuatan kita?
> jika berupa Cobaan, hadapilah dengan kesabaran.
> jika berupa Peringatan, bersabar, cari kesalahan yang akan kitakerjakan dan berusahalah untuk jadi yang lebih baik.
> jika berupa Balasan, bersabarlah, cari kesalahan yang kita lakukan, minta maaflah (jika bersalah pd orang lain atau Allah), jangan lakukan kesalahan itu lagi dan berusaha menjadi yang terbaik.

Perlu kita ketahui pula, apapun jenis musibah itu, baik berupa cobaan,peringatan, maupun balasan, harus kita hadapi dengan SABAR. karna Allah akan mengangkat derajat hambaya yang menghadapi musibah dengan sabar.

Ingatlah..!!!
"Allah tidak akan memberi cobaan kepada hambanya di luar batas kemampuanya"

Bicara masalah sabar....
Sabar dibagi menjadi tiga, yaitu:
> Sabar ala Tho'at (sabar dalam menjalankan ketaatan)
> Sabar ala musibah (sabar dalam menghadapi musibah)
> sabar ala maksiyat (sabar untuk tidak melakukan maksiat)

Sabar ala thoat maksudnya adalah, kita harus sabar dalam menjalankan perintah Allah, dalam situasi apapun dan bagaimanapun. misalnya dalam menjalankan sholat, kita harus mengerjakan sholat walaupun kita lagi sakit atau sibuk dengan pekerjaan kita.

Sabar ala musibah maksudnya adalah, sabar ketika sedang mendapat musibah, tidak menyalahkan Allah, seperti yang saya terangkan diatas.

Sabar ala maksiyat adalah, sabar untuk tidak melakukan masiyat, dalam situasi apapun dan bagaimanapun. misalnya: walau ada kesempatan yang memungkinkan untuk mencuri uang kitaharus bisa menahan diri kita agar tidak malakukan perbuatan tersebut.

Diakui atau tidak bersifat sabar itu sangat sulit sekali, tapi walau begitu asal kita membiasakanya sejak dini, InsyaAllah dapat kita lakukan.

Semoga bermanfaat...!!!
Amiin...

Apa sih bedanya silaturrahim dan silaturrahmi?

Tidak ada komentar:
Sobat pasti udah sering denger kan istilah silaturrahim atau silaturrahmi. Bahkan bukan hanya denger tapi pasti udah pernah melakukanya. Tapi sobat tau nggak apa itu pengertian silaturrahim,.?.
Kebanyakan dari kita sering ngartiin Silaturrahim itu hanya sekadar pergi berkunjung ke tempat saudara, guru, teman, pacar atau ke rumah orang lain. Hal itu tidak salah memang. Namun yang menjadi pertanyaanya sekarang adalah ketika kita bertemu orang di jalan lalu kita menyapanya, apa itu tidak termasuk silaturrahim? Ato ketika kita sedang marah ama temen kemudian kita minta maaf, bukankah hal itu sering kita sebut dengan upaya menyambung tali silaturrahim?. Lalu apa sich sebetulnya pengertian silaturrahim itu?. Nah, kali ini saya akan coba jelasin sedikit aja masalah silaturrahim. (wah lagaknya kaya pakar silaturrahmi aja, hehe,..). siap-siap ya,…!!!
“^_^”



Kata Silaturrahim sebetulnya dibentuk dari dua kata yaitu shilah dan ar-rahim. Kata shilah berasal dari bahasa arab washala-yashilu-waslan-wa shilatan  yang  artinya adalah hubungan atau menyambungkan. Sedangkan kata ar-rahm, jamaknya adalah arhâmyang mempunyai arti rahim atau kerabat. Kata ar-rahim  berasal dari kata ar-rahmah yang artinya kasih sayang. Ia digunakan untuk menyebut rahim atau kerabat karena orang-orang yang mempunyai hubungan rahim atau kekerabatan saling berkasih sayang. Di dalam al-Quran, kata al-arhâm terdapat dalam tujuh ayat, semuanya bermakna rahim atau kerabat. Jadi, kata silaturrahim dapat kita artikan sebagai hubungan kekerabatan, atau menyambungkan rasa kasih sayang.
Gimana? Simpelkan artinya?. Itulah sebabnya kita bermaaf-maafan dengan temen dapat juga disebut silaturrahim. Gitu lho ceritanya,….
Lalu, apa bedanya silaturrahmi dengan silaturrahim?.
Dulu saya pernah nanyain masalah itu pada dosen saya dan beliau mengatakan bahwa maksud dari kata silaturrahmi dan silaturrahim itu sama. Namun ada sebagian orang yang berpendapat bahwa kedua kata tersebut berbeda. Mereka berpendapat bahwa kata silaturahmi itu berasal dari dua kata, “silah” dan “rahmi”. Silah artinya menyambungkan. Sedang rahmi artinya rasa nyeri yang diderita para ibu ketika melahirkan. Jadi arti silaturahmi adalah menyambungkan rasa nyeri ketika melahirkan. (hehehe…cukup aneh bukan??). Namun saya lebih cenderung memilih pendapat yang pertama karena menurut saya kata silaturrahmi dan silaturrahim itu maksudnya sama, hanya saja yang ngebedain mungkin dari segi peralihan bahasanya saja. Kata silaturrahmi itu mungkin peralihan dari bahasa arab ke bahasa Indonesia yang berasal dari kata silaturrahim. Hanya saja karena kita sering menyebut kedua-duanya sehingga kedua kata tersebut melekat erat dalam bahasa keseharian kita.
(Kalau sobat punya pendapat lain silahkan, tapi jangan lupa saya di kasih tau ya,…!!!
Please,..!!! “^_^” )
                                                                        
Rasulullah SAW sangat nganjurin umatnya bersilaturrahim. Bahkan beliau mengecam orang yang tidak mau menyambung tali silaturrahim itu tidak akan masuk surga. Beliau bersabda:
« لاَ يَدْخُلُ الْجَنَّةَ قَاطِعُ رَحِمٍ »
Artinya : Tidak akan masuk surga orang yang memutus hubungan kekerabatan (tali silaturrahim). (HR al-Bukhari dan Muslim).
Dari hadits yang diriwayatkan oleh syaikhoni (Imam Bukhori dan Muslim) tersebut kita tahu bahwa nabi kita yang paling keren dan super itu sangat nganjurin umatnya untuk bersilaturrahiim.
Selain dari hadits tersebut juga banyak hadits-hadits nabi yang lain yang intinya nganjurin kita untuk saling menjaga hubungan silaturrahim. Dalam Al-Qur’an juga banyak sekali ayat yang nganjurin kita untuk bersilaturrahmi, misalnya Surat An-Nisa’ ayat 1 :
وَاتَّقُواْ اللّهَ الَّذِي تَسَاءلُونَ بِهِ وَالأَرْحَامَ إِنَّ اللّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيباً……..
Artinya : ……….dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain[264], dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan Mengawasi kamu. (An-Nisa’ : 4).
Selain ayat tersebut juga masih ada ayat-ayat lain yang nganjurin kita untuk menjaga silaturrahim atau persaudaraan, misalnya Surat An-Nisa’ ayat 36 Allah Swt. memerintahkan kita untuk berbuat baik kepada kerabat, Surat An-Nahl ayat 90 Allah Swt. memerintahkan kita memberi kepada kerabat, Surat Ar-Rum ayat 38 Allah Swt. memerintahkan kita memberikan hak kepada kerabat, Surat al-Anfal ayat 75 dan al-Ahzab ayat 6 yang isinya meski dalam hal itu sebagian mereka lebih diutamakan dari sebagian yang lain.



Gimana?
Sudah lelah membacanya?
Jika sudah mulai lelah, coba sobat alihkan pandangan sebentar ke arah pemandangan ada disekitar kita agar rasa lelahnya terobati. Setelah itu lanjutin lagi bacanya. Karna kita akan bahas mengenai keutamaan dan  manfaat dari silaturrahmi atau silaturrahim.
Tetep Semangat ya,…!!!
“^_^”
Setelah sobat mengetahui dalil-dalil yang nganjurin kita untuk menjaga silaturrahim tersebut mungkin sobat jadi bertanya-tanya, Mengapa sih silaturrahmi itu dianjurkan? Apa untungnya bagi kita?. Untuk ngejawab pertanyaan itu saya akan coba sebutin sedikit aja manfaat dari silaturrahim itu. Menurut hadits Rosulullah, manfaat silaturrahim yaitu diantaranya dapat memperbanyak rizki dan dapat memperpanjang umur.
Lho, Kok bisa….???...!@#$%^&*???
Oke,.. Mari kita bahas bersama….!!!
Silaturrahim dapat memperbanyak rizki mungkin dapat kita nalar dengan rasio kita. Kalau kita sering bersilaturrahim maka kenalan kita atau kerabat kita otomatis akan semakin banyak. Jika kenalan kita semakin banyak maka hal itu dapat memungkinkan kita untuk memperluas jaringan bisnis kita atau sekadar cari pengalaman-pengalaman usaha dari mereka atau mungkin kita bisa ngedapetin pekerjaan dari mereka. Sehingga penghasilan kita akan bertambah. Betul nggak?.
Trus bagaimana dengan manfaat silaturrahim yang dapat manjangin umur? Bukankah umur kita sudah ditentuin Allah sejak kita berusia 4 bulan dalam kandungan? Pasti sobat nanti akan bertanya-tanya seperti itu. Dulu saya juga berfikiran seperti itu.
Ketika saya mengikuti seminar keagamaan di Kudus, Bapak K.H. Munawar Kholil (alm) pernah ngejelasin bahwa mengenai manfaat silaturrahim yang dapat memanjangkan umur itu ada dua pendapat. Pendapat pertama mengatakan bahwa dengan bersilaturrahim umur kita akan benar-benar dapat bertambah, misalnya yang semula 63 tahun dapat menjadi 64, 65,66 atau bahkan 70 tahun atau lebih. Sedangkan pendapat kedua mengatakan bahwa jika kita bersilaturrahim umur kita tidak dapat bertambah, namun yang dapat bertambah adalah barokah dari umur tersebut, misalnya jika seumpama kita di jatah oleh Allah di dunia hanya 63 tahun, maka selama 63 tahun itulah kita dapat manfaatkannya sebagai ladang mencari pahala sebanyak-banyaknya tanpa ada halangan suatu apapun. Paham…?
Hmm,….Sebaiknya kita tidak usah pusing-pusing mikirin mana dari kedua pendapat tersebut yang paling benar, toh yang tau kebenaran yang haq itu hanyalah Allah yang maha tahu. Daripada mikirin hal itu, mending kita fikirin aja gimana caranya kita dapat ngebiasain bersilaturrahim dalam hidup kita.
O,. iya,.. hampir lupe…
Sebetulnya manfaat silaturrahim bukan hanya itu aja, tapi masih banyak sekali, diantaranya:
  1. Kita akan mendapatkan ridho dari Allah SWT.
  2. Membuat orang yang dikunjungi berbahagia. Hal ini amat sesuai dengan sabda baginda nabi Muhammad SAW, “Amal yang paling utama adalah membuat seseorang berbahagia.”
  3. Menyenangkan malaikat, karena malaikat juga sangat senang bersilaturahmi.
  4. Disenangi oleh manusia.
  5. Membuat iblis dan setan marah.
  6. Membuat senang orang yang telah wafat, karena sebenarnya mereka itu tahu keadaan kita yang masih hidup, namun mereka tidak dapat berbuat apa-apa. Mereka merasa bahagia jika keluarga yang ditinggalkannya tetap menjalin hubungan baik.
  7. Memupuk rasa cinta kasih terhadap sesama, meningkatkan rasa kebersamaan dan rasa kekeluargaan.
  8. Mmempererat dan memperkuat tali persaudaraan dan persahabatan.
  9. Menambah pahala setelah kematiannya, karena kebaikannya (dalam hal ini, suka bersilaturahim) akan selalu dikenang sehingga membuat orang lain selalu mendoakannya.
  10. De el el,….. (cari sendiri ya yang lainya, mungkin dibawah tempat tidurmu juga ada….hehehe…)      “^_^”

Yuukk kita biasakan Sabar dan Ikhlas!!!

Tidak ada komentar:

Pada umumnya kita semua bisa lebih sabar, disaat kita di uji Allah dengan hal yang menyenagkan, tapi saat kita di uji Allah dengan ujian yang tidak menyenangkan, seperti ujian kesulitan, ujian kehilangan dan atau musibah maka kebanyakan dari kita, akan merasa begitu sulit menerimanya dan sulit untuk bisa sabar.
Ujian kesulitan, ujian kehilangan, kekurangan musibah, penyakit,  kemiskinan, adalah perkara biasa yang dihadapi oleh manusia selama hidup di dunia ini.  Perhatikan firman Allah SWT berikut ini  Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: “Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun. Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS. Al-Baqarah [2] : 155-157).
Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: “Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi? (QS. Al ‘Ankabuut [29] : 2)
Ketahuilah, sabar akan sangat sulit dilakukan, apabila kita tidak mampu menyadari, bahwa segala sesuatu yang terjadi di dunia ini, pada hakikatnya hanyalah ujian. Harta yang kita miliki, karir yang bagus, rumah dan mobil mewah yang kita miliki, anak dan keluarga, itu semua adalah ujian dari Allah dan titipan Allah. Apakah kita bersyukur atau menjadi kufur?
Kita harus memahami dengan sebaik-baiknya bahwa Allah lah pemilik yang sebenar-benarnya atas segala sesuatu apapun yang kita miliki di dunia ini. Dengan menyadari bahwa semua yang kita miliki sebenarnya adalah milik Allah dan titipan Allah, maka begitu Allah mengambilnya dari kita, insya Allah kita akan lebih mudah merelakannya. Karena kita menyadari, bahwa semua itu adalah milik Allah dan titipan Allah.  Dan yang namanya titipan, suatu saat nanti memang pasti akan kembali pada pemiliknya, kapanpun pemiliknya menghendaki apa yang dititipkan kembali atau mau mengambilnya dari kita, maka kita harus dengan rela memberikannya.
Jadi, jangan menjadi stres, terpukul dan merasa kehilangan yang sangat berat, apabila kemarin kita masih punya mobil, sekarang sudah tidak lagi, jangan stres dan bersedih hati apalagi sampai meratapi nasib, apabila bulan kemarin usaha kita masih sukses, sedangkan sekarang kita mengalami kegalalan yang besar.
Karena sesungguhnya dengan adanya musibah, maka seorang hamba akan mendapatkan pengampunan dari Allah SWT. Perhatikan sabda Rasulullah saw berikut ini:  “Tak seorang muslim pun yang ditimpa gangguan semisal tusukan duri atau yang lebih berat daripadanya, melainkan dengan ujian itu Allah menghapuskan perbuatan buruknya serta menggugurkan dosa-dosanya sebagaimana pohon kayu yang menggugurkan daun-daunnya.” (HR Bukhari dan Muslim).
Ketahuilah dan yakinlah, bahwa sesungguhnya dalam setiap cobaan berat yang Allah SWT berikan untuk kita, maka ada hikmah dan pahala yang besar yang menyertainya. Seperti sabda  Rasulullah SAW,“Sesungguhnya pahala yang besar itu, bersama dengan cobaan yang besar pula. Dan apabila Allah mencintai suatu kaum maka Allah akan menimpakan musibah kepada mereka. Barangsiapa yang ridha maka Allah akan ridha kepadanya. Dan barangsiapa yang murka, maka murka pula yang akan didapatkannya.” (HR. Tirmidzi, dihasankan al-Albani dalam as-Shahihah [146]).
Rasulullah SAW  bersabda :  “Tiada henti-hentinya cobaan akan menimpa orang mukmin dan mukminat, baik mengenai dirinya, anaknya, atau hartanya sehingga ia kelak menghadap Allah SWT dalam keadan telah bersih dari dosa (HR. Tirmidzi).
Rasulullah SAW bersabda, “Tidaklah seseorang mendapatkan pemberian yang lebih baik dan lebih lapang daripada kesabaran.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Kita harus rela menerima segala  ketentuan  Allah  dan menyadari bahwa apapun yang terjadi, sudah ditetapkan Allah SWT dalam Lauhul Mahfuzh. Kita wajib menerima segala ketentuan Allah dengan penuh keikhlasan. Allah SWT berfirman :  “Tiada suatu bencana pun yang menimpa di bumi dan pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.” (QS al-Hadid [57] : 22)
Apabila kita ditimpa musibah baik besar maupun kecil, sebaiknya kita mengucapkan: “Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun (sesungguhnya kami adalah milik Allah dan hanya kepada-Nya-lah kami kembal). ini dinamakan dengan kalimat istirja’ (pernyataan kembali kepada Allah SWT). Kalimat istirja’ akan lebih sempurna lagi jika ditambah, setelahnya dengan doa yang diajarkan oleh Rasulullah SAW  sebagai berikut :“Ya Allah, berilah ganjaran atas musibah yang menimpaku dan gantilah musibah itu yang lebih baik bagiku.”  Barangsiapa yang membaca kalimat istirja’ dan berdo’a dengan doa di atas niscaya Allah SWTakan menggantikan musibah yang menimpanya dengan sesuatu yang lebih baik. (Hadits riwayat Al Imam Muslim 3/918 dari shahabiyah Ummu Salamah.)
Rasulullah SAW bersabda, “Apabila ada anak salah seorang hamba itu meninggal maka Allah bertanya kepada malaikat-Nya, ‘Apakah kalian mencabut nyawa anak hamba-Ku?’. Maka mereka menjawab, ‘Ya.’ ‘Apakah kalian telah mencabut nyawa buah hati hamba-Ku?’. Maka mereka menjawab ‘Ya.’ Lalu Allah bertanya, ‘Apa yang diucapkan oleh hamba-Ku?’. Mereka menjawab, ‘Dia memuji-Mu dan beristirja’ -membaca innaa lillaahi dst-..’ Maka Allah berfirman, ‘Bangunkanlah untuk hamba-Ku itu sebuah rumah di surga, dan beri nama rumah itu dengan Bait al-Hamd.’.” (HR. Tirmidzi, dihasankan al-Albani dalam as-Shahihah [1408]).
Perhatikan sabda Rasulullah SAW berikut ini : “Sungguh mengagumkan urusan seorang mukmin. Sesungguhnya semua urusannya adalah baik. Dan hal itu tidak akan diperoleh kecuali oleh seorang mukmin. Apabila dia mendapatkan kesenangan, maka dia bersyukur. Maka hal itu merupakan kebaikan baginya. Dan apabila dia tertimpa kesusahan maka dia bersabar. Maka itu juga merupakan kebaikan baginya.” (HR. Muslim)
Setiap amalan akan diketahui pahalanya kecuali kesabaran, karena pahala kesabaran itu, tanpa batas. Sebagaimana firman Allah SWT  “Sesungguhnya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan ganjaran/pahala  mereka tanpa batas.” (Az Zumar: 10)
Berikut ini beberapa hal yang perlu diperhatikan, yang bila kita renungkan dan pahami dengan sebaik-baiknya,  insya Allah bisa membuat kita semua bisa sabar dan ikhlas dalam menghadapi ujian-Nya yang paling berat sekalipun :
  1. Kita harus percaya pada jaminan Allah bahwa : Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya (QS Al Baqarah [2] : 286).   Allah SWT yang memiliki diri kita, sangat tahu kemampuan kita, jadi tidak akan mungkin Allah memberikan ujian yang melebihi batas kemampuan kita.
  2. Sebenarnya, kita semua pasti mampu untuk bisa sabar dalam segala ujian dan segala keadaan, asalkan kita kuat iman.
  3. Coba kita tanyakan pada diri kita, saat kita ditimpa suatu ujian kesulitan, kesedihan dan atau kehilangan, apa manfaat yang bisa kita ambil kalau kita tidak sabar dan tidak mengikhlaskannya? Apakah dengan ”tidak sabar” dan ”tidak ikhlas” nya kita, maka bisa menghadirkan kenyamanan untuk kita? Atau bisa membuat ujian tersebut tidak jadi datang atau tidak jadi menimpa kita? Sekarang mari kita pikirkan kembali, kita sabar atau tidak sabar, ikhlas atau tidak ikhlas, ujian kesulitan / kesedihan atau musibah tetap terjadi dan menimpa kita kan?  Jadi lebih baik kita terima dengan penuh kesabaran dan keikhlasan. Bila kita bisa sabar dan ikhlas menerimanya, maka insya Allah, tidak akan terasa berat lagi ujian tersebut, percayalah. Dan ingat, dalam sabar, terkandung ridha Allah SWT. Dan ridha Allah SWT terhadap kita, adalah segalanya.
  4. Kita harus selalu baik sangka kepada Allah SWT dan jangan pernah sekalipun meragukan dan mempertanyakan keputusan, ketetapan, pengaturan dan ketentuan Allah.  Kita harus bisa sabar dan ridha terhadap apapun keputusan, ketetapan dan pengaturan-Nya. Kalau kita masih merasa tidak puas dengan semua keputusan, ketetapan, pengaturan dan ketentuan Allah itu, maka cari saja Tuhan selain Allah.  Perhatikan firman-Nya dalam hadits Qudsi :Akulah Allah, tiada Tuhan melainkan Aku. Siapa saja yang tidak sabar menerima cobaan dari-Ku, tidak bersyukur atas nikmat-Ku dan tidak ridha dengan ketentuan-Ku, maka bertuhanlah kepada Tuhan selain Aku.” (hadist ini diriwatkan oleh al-Thabrani dalam Al-Mu’jam al-Kabir melalui jalur Abu Hind al-Dari)
Karena itu, marilah kita sabar dan ikhlas dalam segala keadaan, yakinlah bahwa janji Allah pasti benar. Percayalah, sabar dan ikhlas, akan membuahkan kebahagiaan hidup.

Kenapa sich aku sudah sholat kok masih aja nglakuin maksiat?

Tidak ada komentar:
Katanya sholat dapat mencegah perbuatan keji dan mungkar? Kenapa sich aku sudah sholat kok masih aja nglakuin maksiat? Padahal kan janji Allah sudah jelas jika sholat itu dapat mencegah perbuatan keji dan mungkar.Masa Allah bohong???  !@#?#$%&%^
Pernah nggak sobat bertanya-tanya seperti itu? Mungkin sudah ada yang pernah bertanya-tanya seperti itu, bahkan sampek ngatain Allah bohong segala. Hmm,…naudzubillah min dzalik.
Perlu sobat benar-benar tanamkan dalam hati bahwa setiap firman Allah dalam Al-qur’an itu pasti dijamin kebenarannya dan Allah tidak akan pernah berbohong dalam jika berjanji. Apabila ada sesuatu yang kurang cocok dengan Al qur’an atau sedikit ngeganjal pikiran kita, sebaiknya kita selidiki dan pikir dahulu, jangan langsung memfonis bahwa Al-qur’an itu salah, apalagi ngatain Allah bohong segala. Ntar dosa lho,…!!!
Untuk ngejawab pertanyaan itu, mari kita simak firman Allah berikut ini:

اتْلُ مَا أُوحِيَ إِلَيْكَ مِنَ الْكِتَابِ وَأَقِمِ الصَّلَاةَ إِنَّ الصَّلَاةَ تَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاء وَالْمُنكَرِ وَلَذِكْرُ اللَّهِ أَكْبَرُ وَاللَّهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُونَ
Artinya: “Bacalah apa yang Telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al Quran) dan Dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar. dan Sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al Ankabut: 45)

 Dari firman Allah tersebut, udah jelas bahwa jika kita sholat akan terhindar dari perbuatan keji dan mungkar. Untuk menjawab pertanyaan yang sempet Ngeganjel di pikiran kita, contohnya seperti diatas, sebaiknya mari kita coba berpikir bersama.
Sholat menurut bahasa berarti do’a, yaitu do’a kita kepada Allah. Menurut istilah berarti suatu gerakan dan bacaan tertentu  yang dimulai dari takbiratul ihram sampai salam disertai dengan syarat dan rukun tertentu. Jadi pada hakikatnya sholat itu adalah sebuah do’a kita kepada Allah.
Dalam sholat itu terdapat tiga unsur, yaitu :
Ø     Unsur Gerak
Ø     Unsur Meditasi (Khusyuk)
Ø     Unsur Sugesti (Dorongan)

“^_^”
Untuk lebih jelasnya akan coba saya jelaskan sedikit saja (kalo mau penjelasan lebih banyak, silahkan banyak-banyak baca buku sendiri, hehe,..).
1.             Unsur Gerak
Maksudnya gerakan-gerakan sholat itu dapat dilihat dari segi spiritual dan medis (kesehatan). Misalnya saja jika diliat dari segi spiritual. Apa sih fungsinya sholat itu kok harus nungging (sujud) segala? Nah, kalo itu saya pernah dijelasin ama dosen saya bahwa ketika kita sujud posisi kepala kita sejajar dengan kaki. Itu artinya bahwa kita itu sangat rendah dihadapan Allah. Derajat manusia itu sangat kecil jika dibandingkan dengan kekuasaan Allah. Gitu sobat,….
Trus jika dilihat dari segi kesehatan ato medis itu saya pernah baca kalo gerakan-gerakan dalam sholat itu sangat baik untuk kesehatan, bahkan gerakan-gerakanya lebih baik dari pada gerakan-gerakan dalam olah raga. Misalnya saja ketika sujud, kenapa harus jinjit? Menurut penelitian, pusat syaraf-syaraf kita itu terletak di jari-jari kaki, oleh karena itu jika kita jinjit dalam sholat itu tentu akan menjadikan syaraf-syaraf tubuh kita menjadi terangsang dan tentunya akan menjadi lebih baik.
Nah, sudah tau kan rahasianya?
Semua perintah dan larangan Allah itu tentu baik untuk kita. Kitanya aja yang enggan berpikir. Misalnya aja, kenapa kita pagi-pagi sekali sehabis bangun tidur harus sholat subuh??? Jika kita mau berpikir tentu tau jawabanya. Sholat subuh diwajibkan kepada kita ketika baru bangun tidur dipagi hari karena, yang pertama, agar kita terbiasa bangun pagi, yang kedua agar kita tetap sehat, soalnya sholat subuh itu ibarat senam pagi, bahkan lebih baik dari pada gerakan senam pagi. Ketika tidur semua otot-otot kita kan sudah berelaksasi, alangkah baiknya jika sehabis tidur langsung berolah raga, apalagi olah raganya dapat pahala, tentu asyik donk….?
Hmm,… Gitu lho ceritanya,…..
Gimana? Dah capek bacanya? Masih ada unsur-unsur yang lain lho yang belum tak jelasin. Lagi pula pertanyaan diatas belum kejawab. Kalo capek berhenti sebentar, ntar lanjut lagi dech,… Ok.?
2.            Unsur Meditasi (Khusyuk)
Unsur Meditasi ini kurang lebih sama dengan pengertian khusyuk dalam sholat, yaitu memusatkan pikiran kita sepenuhnya kepada Allah. Jadi jika kita sholat semua pikiran kita harus tertuju kepada Allah. Jangan memikirkan selain Allah, apalagi jika sholatnya sambil ngrencanain sesuatu, misalnya habis ini aku mau apa ya? Besok aku mau pergi kemana ya? Atau mungkin mikirin kata-kata untuk di SMSin ke pacar,. Hohoho,…ter-la-lu,.
Khusyuk itu merupakan kerja syaraf. Sobat masih ingat nggak cerita tentangsayyidina Ali bin Abi Thalib ketika terkena anak panah di punggungnya. Ketika beliau meminta shahabatnya mencabut anak panak itu, beliau menyuruh mencabutnya ketika beliau sedang sholat. Tau nggak kenapa? Soalnya ketika kita khusyuk dalam sholat, itu berarti syaraf-syaraf kita terpusat pada satu titik. Nah, itulah sebabnya sayyidina Ali meminta sahabatnya mencabut anah panahnya ketika beliau sedang sholat agar tidak merasakan sakit karena pikiran dan syarafnya terpusat pada satu titik, yaitu kepada Allah.
Imam Ghozali pernah berkata, jika kita khusyuk dalam sholat, maka kekhusyukan itu akan mempengaruhi kehidupan kita. Sudah tahukan masalah cara kerja syaraf tadi? Sekarang pernyataan dari Imam Ghazali tersebut coba kita pikirkan. Apabila kita khusyuk dalam sholat terntu semua syaraf dan pikiran kita tertuju kepada Allah. Nah, pada saat itulah Syaraf-syaraf otak kita memperoleh vitamin yang berupa peningkatan daya religious kita, ato dengan kata lain, kemampuan SQ kita bertambah. Sehingga hal itu akan berpengaruh kepada syaraf-syaraf yang lain. Lebih mudahnya, ketika kita khusyuk dalam sholat tentu kita hanya memikirkan Alah. Bagaimana kekuasaanya? Keagunganya? Dan lain sebagainya. Hal itu tentu menambah rasa takut dan rasa ingin selalu dekat dengan Allah sehingga ketaqwaan kita akan meningkat. Nah, jika demikian secara otomatis ketika kita akan melakukan hal-hal yang keji atau mungkar tentu menjadi takut kepada Allah. Itulah sebabnya Sholat itu dapat mencegah perbuatan keji dan mungkar.
Lalu kenapa kok kita selalu maksiat, padahal kita rajin sholat? Kalau masalah itu kita liat dulu sholat kita. Sudah memenuhi syarat rukunya belum? Jangan-jangan ketika kita sholat masih bawa najis. Trus yang terpenting ketika kita sholat sudah khusyuk belum? Ato paling tidak sudah berusaha untuk khusyuk pa belum? Itulah yang sering kita lupakan dalam sholat. Terkadang kita sholat, pikiran kita masih memikirin tugas sekolah ato mungkin mikirin SMS dari sang pacar… Waduh-waduh,… itu namanya nge-DUA-in Allah. Bahaya tuch,… pacar aja nggak mau diduain, apalagi Allah.
Nah, dah tau kan sebabnya kenapa kok kita rajin sholat tetep aja nglakuin maksiat?
(hohoho,…baru tau ya,…? Makanya jangan asal salahin Allah) :P
3.            Unsur Sugesti (Dorongan)
Hmm,… walaupun dah tau jawaban dari pertanyaan yang paling atas, tentu kita tidak boleh nglupain unsur yang ketiga ini. Unsur yang ketiga ini juga sangat berpengaruh terhadap perilaku kita. Bahkan ini yang terpenting. Unsur sugesti atau dorongan ini akan muncul jika kita mampu memahami bacaan-bacaan dalam sholat ato paling tidak tahu maksud dari bacaan-bacaan yang kita ucapkan ketika kita sholat. Jika kita tahu maksud dari bacaan-bacaan yang kita ucapkan ketika sholat itu tentu akan menambah kekhusyukan kita dalam sholat sehingga memberi dorongan kepada kita agar selalu dekat dengan Allah, selalu patuh pada Allah dan takut melanggar perintah Allah. Karena dalam sholat itu terdapat bacaan yang merupakan janji kita kepada Allah. Dalam kalimat “inna sholatii, wanusukii,,……(dst)  itu terdapat janji kita lho,…. Kita berjanji bahwa hidup dan mati kita ini hanya untuk Allah semata.
Hayoo,… hati-hati lho,…!!!
Oleh karna itu jika kita mampu sholat dengan khusyuk, InsyaAllah kita akan berperilaku baik sebagaimana seorang muslim ato muslimah yang sejati.
Tipsnya Agar kita dapat sholat dengan khusuk, usahakan buat tanda tangan kontrak dengan Allah, bahwa waktu 5-10 menit ini hanya untuk-Mu, ya Allah. Jangan ada yang lain selain Allah. Dengan demikian kita akan mengkhususkan waktu tersebut hanya untuk Allah, tiada yang lain.
Mari kita belajar sholat dengan khusyuk bersama-sama agar perbuatan keji dan mungkat lenyap dari muka bumi ini. Amiin…
“^_^”
 
back to top